Tentang bagaimana pikiran yang selalu memberontak ketika melihat sesuatu yang salah.
Apakah selamanya idealis itu salah? Entahlah..
Aku ingin bercerita tentang Dia,
Dia sebut saja Dia.
Apakah ini yang disebut sebagai idealis. Didasari rasa yang bersalah dan tak tenang jika berbohong. Dihantui rasa was was jika berjalan tak sesuai kebenaran. Alasan klasik yang selalu menghantui rasa kepercayaan diri terhadap suatu kebenaran. Sempat pula tak percaya lagi pada orang disekitar. Tak ada yang sejalan. Hingga menemukan orang orang baru yang memiliki pemikiran yang sama.
Dia selalu merasa marah jika melihat seseorang yang diperlakukan tak adil. Tapi? Mungkin dia memiliki satu hal yang tak dimiliki orang lain. Dia tak bisa mengungkapkan rasa marahnya. Entah mengapa ketika marah itu muncul malah tanda kelemahan yang muncul. Lagi, yang tak selalu diharapkan datang dalam situasi ini. Air mata. Dia paham benar jika medan nya sudah seperti ini. Tenangkan diri dulu, lalu kembali berbicara. Tak ingin menampakkan kelemahan ini pada siapapun.
Dia paham karakter orang berbeda beda. Dia paham pula tak semua oranog dapat sejalan dengan nya. Namun dapatkah dia mendapatkan space bagi dirinya untuk menjadi diri sendiri?. Be introvert person or be extrovert person adalah sebuah pilihan. Begitupun dengan pilhan jalan pikiran terhadap suatu masalah. Bukan kah begitu?
Pertanyaannya adalah Apakah yang selalu dikerjakan berulang ulang selalu benar? Apakah yang memang paling biasa terjadi itu selalu dianggap paling baik untuk dilakukan? Menurut Dia adalah tidak. Pemikiran Dia berbeda bisa jadi hal yang extraordinary adalah yang terbaik. Diluar dari kebiasaan. Jika orang membayar barang belanjaan denga uang tunai disuper market dianggap biasa, apakah jika orang itu membayar dengan kartu debit dianggap salah dan aneh? Semua adalah pilihan dan tak bisa saling menyalahkan.
Ya begitulah Dia.. kapan kapan dikenalin lah ya sama si Dia nih.
Komentar
Posting Komentar