Sering kali kita mendengar orang bertanya. “Kamu ngga papa?” dan jawaban
default yang terucap adalah “aku ngga papa”. Sebenarnya ada kalanya kita juga
harus mengakui bahwa kita sedang tidak baik-baik saja. Coba sesekali ucapkan “aku
lagi dalam keaadaan ngga baik, tapi aku akan berusaha untuk kembali”.
Adakalanya kita harus menghargai perasaan yang sedang kita rasakan.
Bukan sebuah aib. Emosi dan perasaan manusia bisa saja tidak stabil. Kita bukan
robot yang hanya bisa tersenyum atau bersikap baik baik saja. Manusia bisa
merasakan senang, sedih dan marah. Mungkin dari beberapa orang untuk menjadikan
dirinya kembali waras adalah dengan berkumpul bersama orang-orang, teman, atau
keluarga. Ada pula dari beberapa orang yang hanya membutuhkan waktu sendiri
untuk dapat mengembalikan dirinya lagi.
Rasa sakit, kecewa dan hal hal negatif yang lain nya yang ada dalam
diri, terkadang keluar dalam bentuk yang berbeda-beda. Ada yang mengeluarkan
energi itu untuk terus bekerja tanpa kenal waktu. Ada juga yang menyibukkan
diri dengan berkegitan sosial. Hidup nya dipersembahkan untuk membantu orang.
Adapula yang menjalani kehidupan biasa saja dengan sesekali mengeluarkan
tawa-tawa kerasnya diantara kerecehan-kerecehan yang sebenarnya tak terlalu
lucu. Itu mungkin sepele, tapi juga bisa menjadikan sebuah media untuk
meluapkan rasa-rasa negatif yang ada dalam diri. Ada pula yang diam-diam
menangis dan mengadu pada tuhan nya. Entah disetiap ibadahnya atau dalam
ratapan doa nya. Itu segelintir contoh pelampiasan kearah yang tidak merugikan
orang lain. Jangan sampai kita melampiaskan rasa itu kearah yang negatif.
Karena hal itu tidak akan ada habisnya dan akan membuat keadaan semakin buruk.
Hal-hal yang membuat kita sakit, dan merasakan hal hal yang menyesakkan
dada. Bukan hanya bisa datang dari lingkungan pertemanan, pekerjaan tapi juga
dari orang-orang terdekat seperti keluarga. Tapi hal itu bisa kita atasi dengan
menenangkan diri dan berfikir positif. Tidak apa-apa untuk sedih 1-2 hari. Lalu
bangkitlah. Hidup terlalu menyedihkan jika dibuat untuk selalu menyalahkan diri
sendiri, menyalahkan orang lain yang tidak dapat bersikap baik pada kita.
Kebahagiaan dapat kita ciptakan sendiri lewat pikiran kita. Kebahagiaan
itu, bukan datang dari hal-hal yang bersifat keduniaan. Seperti, harta
kekayaan, pasangan, anak atau apapun yang fana. Ketika kita merasa bahwa kita
sudah bahagia dengan yang apa kita miliki sekarang. Maka jadilah kita hidup
dalam kebahagiaan yang abadi.
Seperti saat seorang anak yang biasa mendapatkan nilai 50 dalam setiap
ulangan lalu suatu ketika anak itu mendapat nilai 70 betapa bahagianya dia. Ia
sangat bangga terhadap capaian nya, dia bersorak dan bersyukur. Namun ketika
ada anak yang sudah terbiasa mendapat nilai 100 lalu pada kesekian kalinya dia
mendapat nilai 90, betapa sedihnya dia dan mengutuki dirinya sendiri karena
merasa tidak berguna dan memalukan.
Lalu bisakah kita merubah pola pikir kita ketika mendapat sebuah nikmat
kita hanya perlu bersyukur. Ketika kita sudah melakukan segalanya dengan
maksimal, apapun hasilnya kita akan bersikap senang dan bahagia terhadap hasil
yang telah kita peroleh. Aku mendapat nilai 60 tapi aku bahagia seperti saat
aku mendapat nilai 100. Karena aku sudah berusaha maksimal, aku harus
menghargai kerja kerasku. Aku sudah berusaha. Dan untuk selanjutnya, aku akan
melakakuan lebih baik lagi. Katakan itu pada diri kamu.
Tidak apa-apa untuk berkata kamu sedang dalam keadaan yang tidak baik.
Berbaiklah pada dirimu sendiri, hargailah perasaan mu. Tapi jangan
berlarut-larut, kamu pasti bisa untuk kembali pada kehidupan yang lebih baik
dan penuh semangat.
Komentar
Posting Komentar